Header Ads

Rakyat Perlu Tau: Indonesia Penghasil Nikel Terbesar Dunia, Dampak Negatifnya Apa?

SEBAGAI penghasil nikel terbesar di dunia (data 2022), Indonesia menguasai lebih dari 40 persen suplai nikel. Hingga lebih dari 1,6 juta metrik ton dihasilkan oleh Indonesia yang didistribusikan ke beberapa negara. Sebagai catatan, Rusia saja yang juga dikenal sebagai penghasil nikel terbesar, hanya menghasilkan 220 ribu metrik ton per tahun. 

foto: freepik

Laporan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut produksi nikel di dunia menyentuh angka 3,3 juta metrik ton per 2022, seperti disebut dalam sebuah artikel di Tirto. Terjadi peningkatan sebesar 20,88 persen dibandingkan tahun 2021 yang hanya berkisar 2,73 juta metrik ton. 

Dari seluruh produksi nikel dunia pada tahun 2022, Indonesia menyumbang 48,48 persen. Ini artinya, total produksi nikel di tanah air kala itu mencapai 1,6 juta metrik ton.

Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira dalam laporan Kompas mengatakan, meski nikel diklaim menjanjikan dan memiliki peluang yang sangat besar bagi negara, ada dampak negatif yang mengintai. "Dampaknya terhadap masyarakat sekitar, terutama kesehatan dan sumber mata pencaharian, menempatkan mereka pada risiko yang besar," ungkap Bhima dikutip dari siaran pers, Selasa (20/2/2024). 

Salah satu dampak negatif dari industri nikel menurut studi tersebut adalah degradasi lingkungan seperti menurunnya kualitas air, tanah, dan udara. Dampak tersebut secara langsung akan menyebabkan kemerosotan dalam jumlah nilai mata pencaharian pada nelayan dan petani di sekitar kawasan industri.

Studi tersebut memproyeksikan, dalam 15 tahun ke depan, para petani dan nelayan akan mengalami kerugian hingga Rp 3,64 triliun. Selain itu, klaim tentang proyek industri nikel yang disebut mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk lokal melalui penyerapan tenaga kerja dan kenaikan upah turut terbantahkan dalam studi ini. Peningkatan dalam penyerapan tenaga kerja hanya akan terjadi pada tahun ketiga pada saat tahap konstruksi pabrik, kemudian cenderung menurun hingga tahun ke-15.

Hal ini tak terlepas dari keberadaan operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara captive yang keberadaannya melekat pada kawasan industri, khususnya pengolahan nikel. Dari 10,8 gigawatt (GW) kapasitas operasi seluruh PLTU batu bara di Indonesia, lebih dari 75 persennya atau 8,2 GW didedikasikan untuk pengolahan logam. Dari jumlah tersebut, nikel saja mengkonsumsi tiga perempatnya atau sekitar 6,1 GW.

Melansir laman web Nikel Indonesia, masih dari laporan Tirto, berikut daerah penghasil nikel di Indonesia beserta persebarannya: 

1. Sulawesi Tenggara Daerah penghasil nikel di Indonesia pertama terletak di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan luas tambang nikel mencapai 198.624,66 hektar. Persebaran nikel di Kolaka banyak berlokasi di Kecamatan Pomalaa dan Latambaga. PT Aneka Tambang (Antam), perusahaan tambang dalam, merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar yang beroperasi di daerah tersebut. 

2. Luwu Timur, Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, dikenal sebagai salah satu daerah penghasil nikel terbesar di Indonesia. Wilayah ini memiliki potensi cadangan nikel yang menjadi tonggak industri nikel nasional dengan luas wilayah 6.944,98 km persegi. Dua kecamatan wilayah penghasil nikel di kabupaten Luwu Timur adalah Malili dan Nuha. Salah satu perusahaan Tambang yang beroperasi adalah Vale Indonesia. 

3. Morowali, Sulawesi Tengah Morowali merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tengah yang juga punya nikel banyak. Persebaran nikel yang berada di Kabupaten ini ada di beberapa wilayah, seperti Bahodopi, Bungku Timur, Bungku Pesisir, dan Petasia Timur. 

4. Halmahera Timur, Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, merupakan salah satu lokasi sumber nikel terbesar di Indonesia. Persebaran nikel di Halmahera Timur terdapat di Kecamatan Maba dan Wasile.

Dari data-data ini ada dua sisi positif dan negatif yang perlu rakyat ketahui pada industri nikel di negara ini. Bagaimana kemudian, sisi positif ini bisa dimaksimalkan dan dampak negatif bisa diminimalisir dengan analisa dan pendekatan kerakyatan.

Sumber daya alam harus digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia seperti amanat undang-undang. 

close
pop up banner